Curhat Tipis-tipis
Sudah hari sabtu lagi, hari-hari berjalan semakin cepat. Rasanya baru hari Senin, lalu tiba-tiba saja kita sudah di hari Jum'at. Kita sudah banyak melakukan pekerjaan, lalu tiba-tiba seperti belum mengerjakan apa-apa. Dan itu terus saja berlanjut, berputar-putar seperti lingkaran setan.
"lingkaran setan adalah proses atau keadaan atau masalah yang seolah-olah tidak berujung pangkal, sulit dicari penyelesaiannya". (KBBI)
Kegiatan yang sama, dilakukan berulang-ulang, ditambah dengan situasi pandemi yang masih terus berlanjut seakan tidak ada ujungnya, tidak bisa dipastikan kapan ini akan berakhir. Namun tentu kita tidak boleh putus asa, dan teruslah berdo'a dan berharap semoga situasi ini cepat berakhir, agar kita bisa beraktivitas seperti biasa dengan nyaman dan tanpa rasa takut terpapar penyakit yang terlihat sepele namun mematikan ini.
Melihat satu tahun ke belakang, entah sudah berapa kali saya jungkir balik, nyaris depresi, lelah dengan sistem pembelajaran jarak jauh. Saya menjadi lebih mudah marah, tidak nafsu makan, anemia parah dan berujung hipertensi sampai insomnia kembali menyerang 😅. Lalu saya terpapar covid. Kok bisa? Padahal saya gak pernah kemana-mana dan selalu menerapkan protokol kesehatan di rumah. Ya itu mungkin namanya qadha dari Allah, seperti apa pun menghindar jika sudah waktunya tetap saja akan kena.
Saya terpapar 2 minggu pasca lebaran Idul Fitri tahun lalu. Kena di mana? Entah. Mungkin ketika Idul Fitri, ketika mengunjungi mertua. Saat itu saya terpaksa bertemu banyak orang, dan tidak ada satu pun dari mereka yang mengenakan masker 😷. Tapi Alhamdulillah saya sudah kembali sehat, dan semoga penyakit ini tidak kembali mengunjungi saya dan keluarga.
Ketika tetangga berkunjung, kami bertanya baik-baik mengapa mereka tidak memakai masker? Salah satu dari tetangga mengatakan bahwa kami terlalu ketakutan, dan ia berdalih bahwa ia tidak pernah kemana-mana selain di dalam kampungnya sendiri. Padahal yang saya tahu orang ini sering keluar masuk pasar karena dia menerima jasa memasak untuk orang-orang yang membutuhkan hidangan lebaran 😅. Beliau agak marah saat itu.
Yang bisa kami lakukan hanya menghindar, mau bagaimana lagi? Karena mertua saya saat itu tidak percaya bahwa covid itu nyata, makanya beliau tetap open house seakan-akan covid itu bukan apa-apa 🙈. Akhirnya kami 'melarikan diri' dan segera pergi ke rumah ayah saya. Di sana sepi sekali, tidak tampak suasana hari raya. Saya lalu teringat tentang pikiran-pikiran saya setiap lebaran tiba ketika remaja dulu. Saya selalu merasa terganggu dan lelah karena harus mengunjungi keluarga besar yang jumlahnya banyak sekali. Ya kami harus mengunjungi keluarga besar dari ayah dan mama saya yang kalau dihitung baru selesai setelah 2 minggu 😂😂. Memang sebanyak itu! Hahaha. Kami memang berasal dari keluarga super besar yang saling melakukan kunjungan balasan. Belum lagi tetangga yang berkunjung ke rumah karena ayah saya termasuk salah satu orang tua yang cukup dihormati di lingkungan rumah.
Saat ini saya rindu bisa berkumpul bersama keluarga besar dan kami hanya bisa bertemu dalam pengajian online via zoom 🙈. Tampaknya ramadhan dan lebaran tahun ini juga masih jauh dari suasana meriah. Jangan berhenti berdo'a dan berharap, semoga penyakit ini segera pergi dari bumi, In syaa Allah, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah sudah berkehendak. Aamiin.
samalah kita.... harap tahun ini tidak lagi sambut lebaran berseorangan di kota KL...
ReplyDeleteAamiin.. rindu suasana meriah hari raya
DeleteHari ini adalah hari raya umat Islam. Miraç Kandili. Selamat.
ReplyDeleteTerima kasih, Mustafa :-)
DeleteYaa seram sekali yaa mbak ga ada yg pake masker. Sama seperti di tempatku sih. Hari ini, eh, sejak beberapa bulan lalu, orang-orang udah ga ada yg pake masker kalo shalat di Mushalla, dan ga ada yg jaga jarak, dan pun... masih ada yg banyak bersalam-salaman. Hahahaaa. (Tapi, alhamdulillah nya ga ada kasus di sini)
ReplyDeleteKetika beberapa hari yg lalu aku pergi ke daerah Jabodetabek, ini yg bagus. Di masjid orang-orang shalat masih pada pake masker dan shalatnya jg jaga jarak dan ga ada yg salam-salaman..
Wah, ini sama kayak di tempat abangku di Purwakarta, tepatnya di Plered. Di sana Alhamdulillah aman karena mungkin mereka di balik gunung kali, ya.. hehehehe.. Kalo di tempatku tinggal Alhamdulillah semua pakai masker, begitu pun di lingkungan ayahku juga semua pakai masker kalo ke mesjid. Beda dengan lingkungan rumah mertua, padahal di situ padat dan udah banyak yang kena, tapi mereka tetap berkumpul, gak ada yang pakai masker.. duh pusing sudah ini kepala.. hahaha..
Deletemeski suasana seperti tetap di syukuri mbak, paling ga kita masih bisa bersama keluarga :)
ReplyDeleteiya betul, gak kebayang ya yang harus tinggal terpisah kota bahkan negeri dengan keluarganya..
DeleteSelamat, Anda mengalahkan Covid. :)
ReplyDeleteKami juga memiliki keluarga besar di Turki dan kami juga mengunjungi mereka satu per satu setiap Idul Fitri yang sangat saya sukai.
Terima kasih, kak.. Semoga Anda dan keluarga sehat selalu.
DeleteSaya pun merindukan momen berkumpul bersama keluarga pada saat idul fitri..
Disini sebagian ada yang pakai masker, tapi lebih banyak yang tidak pakai masker termasuk aku.😂
ReplyDeleteemang kemaren pas lebaran warga Cikande pada ngumpul, Mas? Hehehe
Delete