10 Muharram, Hari Lebaran Anak Yatim

Sebagian umat Islam menyebut tanggal 10 Muharram sebagai lebarannya anak yatim. Ya dari dulu ketika saya masih kecil, di lingkungan rumah orang tua saya biasanya selalu diadakan acara jalan-jalan atau liburan khusus untuk anak-anak yatim. Jadi dalam satu rukun warga itu dikumpulkan anak-anak yatim untuk diajak ke tempat wisata bahkan menginap di villa yang biayanya sudah ditanggung oleh panitia dari hasil sumbangan warga. Dan tahun ini situasinya berbeda karena pandemi yang belum juga berakhir, tapi bukan berarti ini menghalangi kita untuk tetap bersedekah.

Tradisi menyantuni anak yatim di bulan Muharram ini sudah berlangsung sejak lama, bahkan di beberapa tempat juga mengadakan acara khusus seperti layaknya lomba-lomba di bulan Agustus dalam rangka menyambut hari kemerdekaan. Tidak heran karena banyak orang yang bersandar pada hadits yang berbunyi: 

"Siapa orang yang mengusap kepala anak yatim (menyantuni dan menyayangi) pada hari Asyura (10 Muharram), maka Allah akan mengangkat derajatnya sebanyak rambut anak yatim tersebut yang terusap olehnya."

credit photo from google

Saat ini hadits itu dianggap dhaif dan masuk ke dalam golongan hadits palsu, namun tidak ada salahnya bagi kita yang memang diberi kelapangan rezeki oleh Allah ikut berbagi kebahagiaan untuk mereka. Karena sebagian dari harta yang kita miliki ada hak bagi kaum-kaum yang membutuhkan. Tetapi tentu saja, akan lebih baik jika kita tidak mengkhususkan diri kita untuk menyantuni dan menyayangi anak yatim hanya di hari Asyura saja.

Karena semua hari adalah hari yang baik, dan memberi kasih sayang kepada anak yatim bisa dilakukan kapan saja, tidak ada salahnya jika kita bisa lebih sering berbagi. Keutamaan menyantuni anak yatim disebutkan oleh Rasulullah: 

"Aku dan orang yang mengurus dan menanggung anak yatim, kedudukannya di dalam surga seperti ini (Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah lalu sedikit merenggangkan keduanya)". (HR. Bukhari)