; Generasi Cemas - SayaNaia

Generasi Cemas

Cemas ya kalau kita melihat isi media sosial saat ini terutama di Indonesia. Saya gak mau jauh-jauh bahas negara orang lain, cukup yang di depan mata aja dulu. Bukan dalam rangka menjelek-jelekan kualitas generasi negara sendiri. Tetapi faktanya sekarang ramai istilah generasi emas cemas sejak banyak video pelajar yang beredar, dan itu bukan hanya istilah saja.

Banyaknya aplikasi memang cukup membantu untuk mengerjakan berbagai tugas di era internet ini. Sayangnya di zaman yang serba instan ini, tingkat kemalasan tampaknya juga ikut naik. Anak-anak dan remaja (bahkan orang tua) lebih suka menghabiskan banyak waktu untuk 'scroll' sosial media, entah menyaksikan gosip terkini dengan 'kamera jadul - cekrek', atau joget-joget kekinian di aplikasi hitam dengan paket combo 'paha dan dada'. Duh.

Pun acara di televisi yang berisi orang-orang yang penuh dengan kontroversi, dalam tanda kutip 'semakin aneh semakin banyak udangan mengisi acara televisi'. Jadi kalau zaman dulu, kita harus berprestasi minimal tingkat nasional, maka kita bisa masuk ke layar kaca. Tetapi saat ini, kamu cukup bikin video kontroversi, marah-marah, atau perilaku 'aneh', maka undangan akan banyak berdatangan, entah di TV atau podcast milik para selebriti di channel youtube mereka.


kepalaku pusyiiing



Cemas kau, dek? CEMAS SANGAT!! Bagaimana mungkin anak SMA tidak tahu hasil perkalian 2x5, sementara mereka tau apa itu sound horeg? Bagaimana mereka menyebut bapak Proklamator Indonesia hanya satu orang yakni Sukarno Hatta, padahal itu nama dua orang, Presiden Sukarno dan Moh. Hatta. Duh.

Bukan bermaksud untuk membandingkan, tetapi zaman kecil dulu di tahun 90'an, anak sekolah wajib menghafal isi RPUL. Hah RPUL? Apa pula itu? RPUL alias Rangkuman Pengetahuan Umum Lengkap yang berisi banyak informasi dari nomor plat kendaraan bermotor tiap daerah, sampai nama-nama menteri di dalam satu kabinet yang menjabat saat itu. 

Bayangkan, anak-anak sekolah dari usia SD sampai SMA harus hafal nama menteri yang bakal keluar di soal-soal ulangan atau ujian. Belum lagi kamu harus menghafal nama provinsi dan ibu kota, setiap kali ada provinsi baru, bertepuklah jidat kalian karena bahan hafalan bertambah 😆. Lantas bagaimana kami menghadapi situasi banyak hafalan di zaman sekolah? Ya pasrah, kalau mentok ya paling menangis. Enaknya bisa menangis berjamaah sih ya kalau lupa bareng temen. Hehehehe

Lantas bagaimana dengan anak zaman sekarang? Apakah sudah terlambat? Tentu saja belum dong! Gak ada kata terlambat. Peran kita sebagai orang tua, kakak, atau bahkan generasi muda itu sendiri harus lebih aktif membaca informasi, mengkaji isi buku. Dibawa santai saja, misalnya membahas isi buku sambil minum kopi di kedai favorit. Atau menyelipkan sedikit pertanyaan perkalian kepada anak-anak sebelum sarapan pagi. Selipkan agenda membaca buku minimal 15 menit sehari di waktu santai. Memberi anak-anak contoh dengan cara membaca buku atau informasi penting di depan mereka. Ah teori! NO, justru anak-anak adalah peniru ulung, maka kita yang harus bergerak memberi contoh yang baik untuk anak-anak. Memang menerapkan pola disiplin sangat berat di awal, tapi nanti akan ada manfaat yang kita dapat. Anak-anak yang cerdas yang mau berpikir kritis. Apakah tidak boleh berjoget atau bermain games? Boleh kok, tetapi tentu saja semua harus diatur agar waktu tidak hanya habis terbuang sia-sia untuk menikmati sosial media atau bermain games saja.

Bagaimana dengan anak-anak saya? Ya saya menerapkan hal yang sama kepada mereka, karena saya gak mau diprotes hanya bisa menyuruh tetapi diri sendiri tidak melakukan. Apalagi Gen Z sangat kritis, apa aja bakal diprotes kalau dianggap gak sesuai dengan pandangan mereka. 😫. Kalau istilah zaman sekarang, jangan cuma 'omon-omon'. Hwehehehe. 

Semoga masih ada harapan untuk bisa mencetak generasi muda yang unggul dan tangguh. Aamiin. Dan buat generasi lama, hiks, yuk mari melek teknologi supaya gak ketinggalan zaman kayak saya.


Naia Djunaedi
Naia Djunaedi Betawi - Cirebon - China - India - Arab Maklum. Ibu dari 3 anak, ex Radio Script Writer, ex Journalist, Bookworm, Senang menonton drama dan film, Ambivert, Senang menertawakan kehidupan, Terlahir dengan wajah jutek dan aslinya memang galak sih.. Hehehehe. Open Comission for art on Instagram or e-mail

No comments for "Generasi Cemas"