Autopilot

Hai teman-teman, apa kabar? Hehehe maaf ya baru sempat update blog lagi karena satu dan lain hal (adaaa aja alesannya Nai). Tapi ini beneran kok, saya sama anak-anak lagi bolak balik gantian sakit. Ini mungkin karena efek dari perubahan cuaca yang gak jelas ya, lagi super terik, tiba-tiba hujan deras, atau sebaliknya. Begitu saja terus sampai Anggun jadi duta shampoo lain. Hehehe.

Tahun ini saya mulai berbenah diri, mulai menata diri lagi. Kalau tahun lalu hidup kayak autopilot, tahun ini semua saya usahakan untuk ditata satu persatu. Walaupun efeknya jadi gak bisa menyempatkan diri jalan pagi di taman, tetapi olahraga ringan masih saya lakukan di dalam rumah. Naik turun tangga, angkat galon, angkat jemuran. Eh itu termasuk olahraga gak ya? wkwkwk

Sebenernya ada beberapa drama, film dan buku yang pengen banget saya ulas. Tetapi memang fisik saya lagi benar-benar gak bisa diajak kerjasama. Bahkan pesanan sketsa wajah belum bisa saya selesaikan. 

Sejak 2 minggu lalu rasanya pengen banget ke IGD karena badan rasanya gak karuan. Tapi karena tahun lalu sempat ranap sampai hari raya Idul Fitri, saya urung ke RS. Karena kalau sudah ke rumah sakit, biasanya manjang tuh urusannya gara-gara hasil lab begini begitu. Karena anak-anak belum libur sekolah, saya tahan-tahan dulu deh sakitnya, karena bingung nanti siapa yang jaga anak-anak di rumah. 

Saya juga baru sempat kontrol ke psikiater hari rabu lalu karena anak-anak sakit. Dua kali cancel karena bingung takut ninggalin mereka lama-lama di rumah, sementara tau lah ya kalau antrian RS dari pagi bisa sampai siang banget kalau pakai asuransi sediaan pemerintah meski pun bayar 😅.

Saya juga sempat kesal karena petugas registrasi memarahi saya dengan tidak sopan. Karena memang jadwal konsultasi mundur beberapa hari. Awalnya saya jawab baik-baik. Tapi karena beliau ketus, akhirnya saya ketusin balik dan langsung jadi lembut. Gaes, asli, kenapa ya para pejuang kesehatan mental apalagi yang memakai asuransi pemerintah itu perlakuannya subhanallah. Padahal suster dan dokter aja gak gitu lho. Entah ini RS gak beresnya di bagian registrasi yang petugasnya perempuan, adik saya pas awal-awal sempat marah-marah ke petugas registrasi sampai akhirnya saya gak ngizinin dia untuk nemenin saya lagi di RS. wkwkwk

source image: Pribadi

Saya jadi terbiasa ke RS sendiri, bawa buku untuk dibaca, bawa buku untuk dicorat coret juga sambil dengerin musik di HP. Bulan lalu saya sempat melotot ke laki-laki yang duduk di depan saya persis. Itu karena saya lelah gak karuan dan gak sengaja tertidur saat menunggu dokter datang. Syukurnya saat itu saya memakai masker. Saya terbangun karena beberapa kali flash kamera mengenai saya. Lantas saya coba tanya teman saya via wa 'Kalau hp keluar flash dari kamera berarti dia lagi foto orang di depannya ya?' Lantas teman saya jawab 'iya, ada beberapa hp yang flashnya bakal nyala kalau dia foto orang  lain'. 

Saat itu sih dia masih senyam senyum dia kira saya gak tahu. Begitu dia memotret lagi, saya melotot dan akhirnya dia pindah entah kemana. Entah maksudnya apa mengambil gambar orang lain tanpa izin dengan pandangan mengejek pula. Saya gak ada energi untuk berdebat dan memeriksa ponsel laki-laki itu. 

Saya merasa sekarang dunia luar sudah gak aman ya, makanya saya betah memakai masker kemana pun saya pergi. Ya itu, karena banyak sekali orang yang senang mengambil gambar orang lain, merekam dan menyebarkannya dengan narasi yang dibuat-buat hanya karena ingin viral. Teman-teman pernah mengalami ini? 

Oh ya, saya juga mulai membereskan ruang tv yang semula super berantakan karena cucian bersih yang menumpuk dan tidak saya sentuh, saya hanya ambil beberapa seragam sekolah anak-anak untuk di setrika. Sisanya? Menghambur di atas kasur lantai di depan TV. Betapa sudah sangat parah kondisi kesehatan mental saya nih. Haduh. Kemudian saya memaksakan diri untuk melipat cucian sedikit demi sedikit, sambil menyortir pakaian mana yang sudah tidak bisa dipakai lagi karena kekecilan dll. Foto before-after menyusul ya, karena hp sedang dipinjam kembar. 😆

Yang terpenting adalah, tahun ini saya bersyukur karena masih diberi kesempatan untuk hidup. Bersyukur karena mulai sadar untuk lebih merawat diri (gak melulu mikirin urusan anak-anak sampai mengabaikan diri sendiri).  Saya bersyukur punya teman-teman sesama blogger yang selalu memberi saya support dan membuat saya semangat menjalani hidup. Mohon maaf kalau belum sempat menyambangi teman-teman karena laptop saya dalam kondisi hidup segan mati tak mau. Hiks. Semoga ada rezekinya untuk bisa upgrade ke laptop yang gak gampang ngambekan karena umur. Ups.