Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti? - Kim Sang-hyun
Judul Buku : Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?
Penulis : Kim Sang-hyun
Penerjemah : Dewi Ayu Ambar Rani
Penerbit : Haru
Tahun Terbit : Februari 2022
Tebal : 168 Halaman
ISBN : 978-623-7351-54-2
"Tatapan matamu yang memandangku itu terlalu menyilaukan, membuatku sulit melihatmu. Caramu mengusap rambut yang terkena tiupan angin, gerakan bibirmu saat mengunyah makanan enak, tanpa sadar aku pun mengikuti gerak bibirmu. Ah, aku tahu kamu semakin terlihat cantik saat tersenyum. Apa kamu tahu itu?"
koleksi pribadi
"If I Die, Who Will Come to My Funeral?", panjang ya judul bukunya? Buku dalam terjemah Bahasa Indonesia "Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?" ini merupakan buku yang ditulis oleh Kim Sang-hyun berdasarkan pengalaman hidup yang dia jalani.
Saya membaca buku ini tahun lalu, tapi saya baru sempat meresensinya karena bukunya sempat terselip di antara tumpukan buku yang sudah saya baca π. Saya suka membaca buku-buku semacam ini karena ketika membacanya, saya seakan-akan sedang diajak berbicara oleh si penulis.
Tentu saja buku ini berisi curahan hati Sang-hyun tentang apakah akan ada banyak orang yang hadir ketika ia tutup usia? Orang-orang seperti apakah yang akan datang? Apakah mereka akan merasa kehilangan? Apakah kita sudah cukup baik sehingga akan ada banyak orang yang merasa kehilangan ketika kita pergi?
"Sosokmu tidak akan dilupakan. Bagi seseorang, mungkin kamu muncul sebagai tokoh bersejarah bahkan revolusioner hebat. Apa pun boleh, ku harap kamu bisa dikenang dan dicatat dalam sejarah pribadi seseorang"
Buku ini juga seakan mengajak kita berbicara bahwa tidak apa-apa jika kita merasa marah, sedih atau pun ingin berteriak. Bagaimana cara meluapkan emosi dengan benar tanpa menyakiti diri sendiri. Bagaimana cara mencintai diri sendiri yang terkadang kita lupa karena kita sibuk membahagiakan orang lain.
Bagi saya, buku-buku seperti ini cukup membantu mengurangi kesedihan yang saya rasakan. Seperti yang pernah saya ceritakan pada tulisan-tulisan saya sebelumnya, saya memang sempat mengalami depresi setelah menikah. Masuk ke dalam keluarga yang otoriter dan narsistik membuat saya kelelahan dan stress parah. Dan sampai saat ini saya masih berjuang untuk kebahagiaan saya. Saya berusaha hanya memikirkan hal-hal positif agar bisa tetap bertahan hidup.
Saat ini saya masih berjuang mengatasi trauma karena kejadian berulang selama belasan tahun pasca menikah. Dan saya bersyukur saya masih bisa hidup sampai hari ini tanpa lagi berpikir untuk mengakhiri hidup seperti tahun-tahun sebelumnya. Kaget? Ya, inilah saya yang sebenarnya. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk tidak lagi bertemu dengan orang-orang yang selalu berusaha menjatuhkan mental saya dan membuat saya seperti tidak berharga bahkan membenci diri sendiri selama belasan tahun.
Do'akan saya ya teman-teman, semoga saya masih bisa terus mencintai diri saya sendiri dan berpikir untuk hidup lebih lama agar bisa terus menyapa teman-teman di sini. Terima kasih sudah membaca tulisan-tulisan saya selama ini. Semoga sehat selalu π
*peluk kak nai...
ReplyDeletememang di usia yang makin mendewasa kayak sekarang kita mau ga mau tertuntut untuk selalu membahagiakan orang lain ya kak nai, membahagiakan anak-anak itu udah jelas, membahagiakan keluarga, membahagiakan keluarga besar, membahagiakan lingkungan, kejidupan sosial.....dan kita menomorsekiankan diri kita sendiri...tapi insyaAlloh jika ika ikhlas maka pahala yang kan menjadi hadiahnya...tetep semangat ya kak...π€
kita adalah yang terbaik dengan segala apa yang sudah kita lakukan untuk semuanya...kita adalah pribadi yang berharga ^_^
jangan pernah merasa diri kita kecil karena kita adalah berharga...
Terima kasih supportnya Mbul, sehat selalu ya ^_^
Deletesaya dari judul ini jadi berpikir
ReplyDeletedi tempat saya kerja
kita keja keras tapi sampai mengabaikan keluarga
jika kita ada kenapa2 hanya ucapan di grup wa saja yg kita terima dan keluarga kita yang sedih,,
ah pikiran macam apa ini
betul, Mas.. inilah dunia, entah apa yang kita cari
Delete"Dan saya bersyukur saya masih bisa hidup sampai hari ini tanpa lagi berpikir untuk mengakhiri hidup seperti tahun-tahun sebelumnya." hah ...? Kaget? Pasti.
ReplyDeleteHehheehe gak usah kaget, bunda, inilah saya yang sebenarnya ^_^
Deleteujian setiap manusia itu berbeza. tapi apa jua yang berlaku, dahulukan bahagia untuk diri sendiri. kita tidak tahu sampai bila ujian itu akan berakhir. namun dalam menempuhinya kita tahu untuk meletakkan diri sendiri bahagia di sebalik ujian. you can do itπͺπͺ
ReplyDeletethanks kak Anies, Insya Allah saya akan berusaha lebih kuat lagi ^_^
Delete